Mas Petruk dan Tekek



Seperti biasa sehabis kembul bujana andrawina dengan Yayi Rukmini dan Denmas Rakai, Mas Petruk lalu leyeh-leyeh di halaman depan padhepokan. Di bawah pohon sawo kecik yang biasa, lincak bambu butut adalah singgasana peristirahatan siang Mas Petruk. Lincak yang bagian-bagiannya banyak lapuk dimakan kumbang bubuk tapi jauh lebih ngangeni dibanding kursi empuknya Adipati Salya.
Siang ini angin begitu semilir. Mata Mas Petruk serasa berat digandhuli ceker bacem nyamleng masakan Yayi Rukmini tadi pagi. Kepalanya semakin susah ditegakkan. Lagu campursari yang dinyanyikan Denmas Rakai serasa mengayun Mas Petruk ke dalam buaian.
Baru saja mak ler, mendadak mak jenggirat Mas Petruk terbangun kaget. Apa pasalnya? Jebul, seekor tokek raseksa yang tampangnya cuma sedikit lebih nggantheng dari Raden Dasamuka tiba-tiba memekik dengan suaranya yang paling serak, Teeekkkeeeekkk.... Teeekkeeeekkk... Tteeee...tteeett...ttteeeekeeekkkk..
"Trembelane!!! Tekek murang tata!!! Kere munggah bale, wong elek nyolok mata!!! Kakekane tenan ogh kowe ki Kek, jian ora menak-menakke wong lagi arep ngeluk boyok..."